FENOMENA GANGGUAN TUMBUH KEMBANG TERHADAP ANAK : FENOMENA STUNTING DAN WASTING DITENGAH KEHIDUPAN MASYARAKAT KAWASAN INDONESIA TIMUR

                Dalam menunjang kehidupan untuk tetap bertahan, setiap manusia akan melewati fase tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan biasanya lebih diperhatikan ketika manusia ada di usia anak-anak. Dalam mendukung tumbuh kembang anak, salah satunya yang dapat diperhatikan ialah asupan gizi yang diberikan pada anak. Asupan gizi yang cukup dan baik pada anak akan memberikan dampak yang baik pula pada tumbuh kembang anak khususnya terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan kemampuan anak. Sebaliknya, asupan gizi yang kurang akan menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti fenomena stunting dan wasting.

Dikutip dari Journal of Nutrition College Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020 yang ditulis oleh Rabiatul Addawiah, dkk. Stunting merupakan kondisi dimana panjang atau tinggi badan (PB atau TB) bayi dan balita jika dibandingkan dengan usianya menunjukkan nilai lebih dari dua standar deviasi (SD) dibawah median menggunakan standar baku WHO-MGRS (World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study), yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita akibat kurangnya asupan gizi, tidak memadainya stimulasi psikososial dan infeksi berulang. Sedangkan Wasting merupakan status gizi kurang atau gizi buruk berdasarkan hasil pengukuran BB/PB atau BB/TB (Berat badan terhadap Panjang/Tinggi Badan). Bayi dan balita menjadi wasting akibat penurunan berat badan secara cepat (bersifat akut). Wasting dapat terjadi akibat kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi tidak memadai (seperti pemberian ASI ekslusif yang tidak memadai atau asupan gizi yang tidak memenuhi standat kualitas dan kuantitas makanan bergizi), kurangnya pengetahuan ibu tentang penyimpanan dan pengolahan makanan serta buruknya sanitasi lingkungan. Bayi dengan berat badan lahir rendah juga akan berisiko mengalami wasting. Atau dapat disimpulkan bahwa stunting merupakan keadaan pendek menurut usia, sedangkan wasting adalah kurus menurut tinggi badan.


Sumber: Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021


Di Indonesia, jika dilihat dari data tingkat penyebaran kasus stunting dan wasting, wilayah Indonesia bagian Timur (Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Bali, Kepulauan Maluku, dan Papua) merupakan wilayah dengan angka stunting dan wasting yang cukup tinggi. Seperti pada tahun 2021, angka penyebaran stunting di wilayah Nusa Tenggara Timur mencapai 37,8% yang terbesar di Indonesia. Meskipun begitu, menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tingkat nasional, tahun 2021 adalah tahun dimana kasus stunting dan wasting mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2019. Tercatat pada tahun 2019 tingkat penyebaran stunting di Indonesia adalah sebesar 27,7% dan wasting sebesar 7,4%. Sementara di tahun 2021, stunting di Indonesia menyentuh angka 24,4% dan wasting 7,1%. Hal ini menunjukan penurunan sebesar 3,3% untuk stunting dan 0,1% untuk wasting. Adanya penurunan ini bukan berarti kasus stunting dan wasting berhenti untuk ditangani, Indonesia membutuhkan penanganan lebih lanjut agar angka stunting kurang dari 20% dan angka wasting kurang dari 5% jika mengikuti angka standar dari WHO.

Seperti yang diketahui, Indonesia adalah negara berkembang yang dimana masih perlu peningkatan terlebih dalam bagian pemerataan penduduk di wilayah Indonesia yang tertinggal. Menurut data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) tahun 2020 sebanyak 84% dari sebaran daerah tertinggal berada di Indonesia bagian Timur dengan perincian total 122 daerah tertinggal 102 diantaranya ada di bagian Timur Indonesia dan 20 daerah tertinggal berada di bagian Barat dan Tengah. Penyebab adanya stunting dan wasting disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang khususnya dari tingkat keragaman makanan. Penyakit infeksi juga menjadi salah satu penyebab stunting dan wasting, seperti diare, ispa, pneumonia, campak, cacingan, dan TBC. Selain itu juga faktor kehamilan dan kelahiran seperti berat badan bayi lebih rendah dan terlahir dengan kondisi pendek. Tidak meratanya fasilitas kesehatan, kurangnya edukasi pada para orang tua, faktor lingkungan seperti kurangnya air bersih dan sanitasi, dan kurangnya akses pangan menjadi penyebab lain dari adanya fenomena stunting dan wasting. Hal ini tentunya menjadi tugas besar dari pemerintah dalam memperhatikan dan menangani pemerataan penduduk khususnya di daerah tertinggal. Anak-anak adalah generasi bangsa yang patut dijaga dan dirawat sebaik-baiknya agar tumbuh dengan sehat dan tepat, oleh sebab itu fenomena stunting dan wasting harus ditangani dengan serius. 

Komentar